APAKAH KITA SUDAH BENAR SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN?

 


Saat membaca kata pemimpin maka yang terbayang adalah seorang Leader/pemimpin dalam sebuah perkumpulan, dan seorang leader pasti berperan penting dalam mengambil sebuah keputusan yang baik untuk orang banyak dan dirinya sendiri. Seorang pemimpin harus mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu  keputusan yang efektif, dan yang bisa mengatakan tepat tidak tepatnya keputusan yang kita ambil adalah orang yang menerima efek dari keputusan tersebut.

    Seorang pemimpin harus mampu bersikap sesuai dengan perkembangan zaman, keputusan yang diambil harus sesuai dengan perkembangan dan kondisi penerima keputusan. seperti filosofi Pratap Triloka yang diperkenalkan Oleh Ki Hajar Dewantara, yang mencetuskan slogan-slogan pendidikan yang selalu dapat diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman, seperti "ing ngarsa sung tulada artinya (yang) di depan memberi teladan, ing madya mangun karsa artinya (yang) di tengah membangun kemauan/inisiatif, dan tut wuri handayani , (yang) dari belakang harus mendukung"

Lalu bagaimana dengan pemimpin pembelajaran? Pemimpin pembelajaran memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap kemajuan dan kesuksesan pendidikan di sekolah, karena peningkatan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh pemimpinan pembelajaran. Artinya, jika hasil belajar siswa ingin ditingkatkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada pembelajaran harus diterapkan. Keputusan-keputusan pemimpin pembelajaran, secara langsung ataupun tidak langsung dapat menentukan arah dan tujuan suatu institusi/lembaga pendidikan, yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan siswa.

Menurut ibu Twi Endah Kurnianti (Instruktur PGP) berdasarkan materi yang disampaikan pada tanggal 5 April 2021, bahwa setiap keputusan pasti ada konsekwennsinya, pasti ada akibat implikasinya, jadi seorang pemimpin pembelajaran harus siap dengan kondisi tersebut. Mengambil keputusan harus memiliki kepekaan yang tinggi, jadi menurut ibu Endah seorang pemimpin pembelajaran juga harus dibarengi oleh kemampuan coaching yang baik, karena dengan proses koaching kita bisa tau dan bisa mengambil keputusan sesuai dengan harapan orang banyak. Dengan strategi coaching pemimpin pembelajaran saat pengambilan keputusan memilki Kesadaran Penuh (Mindfulness). Kesadaran Penuh (Mindfulness) saat mengambil keputusan diperlukan supaya keputusan menjadi lebih bijak dan tidak egois. Pengambilan keputusan harus memiliki nilai etika dan bertanggung jawab.

Supaya keputusan yang diambil tidak menyalahi etika maka kita harus mampu manganalisa sebuah masalah berdasarkan Dilema Etika (benar versus benar) dan Bujukan Moral (benar versus salah), dan tidak semua keputusan yang sulit merupakan dilema etika, ada kalanya keputusan tersebut lebih berupa bujukan moral. Disinilah dibutuhkan pemikiran yang bijaksana dan adil dari kita sebagai pemimpin pembelajaran. Kita dapat menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip dilema etika dan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pendoman kita dalam pengambilan keputusan.

Dilema Etika Dan Bujukan Moral

(Berdasarkan modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak, Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan) 

  1. Dilema Etika (benar versus benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, contohnya siswa yang mencontek untuk mendapatkan nilai yang bagus supaya lulus di jurusan yang dia sukai di universitas pavoritnya.
  2. Bujukan Moral (benar versus salah) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah melakukan hal yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja salah, contohnya teman guru yang ingin membuat kwitansi palsu untuk mendapatkan dana lebih bagi kepentingan mereka.

Pengalaman kita sebagai pendidik bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok  keluarga, atau keluarga Anda. Contoh: keputusan guru di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

 

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat tershadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan). Contoh: Ada peraturan di rumah bahwa Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Namun suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan,  terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau  haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?

 

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika.  Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu,  atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Contoh: Pada jaman perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara  mengatakan yang sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang  dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.

 

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini  paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll. Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contoh: Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang.

            Seperti kalimat yang dikutip dari Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43, Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral”. Kalimat ini memiliki makna bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika.

            Pada saat pengambilan keputusan, pemimpin pembelajaran harus memiliki landasan pemikiran sebagai berikut

  1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
  2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
  3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.

Berdasarkan materi yang disampaikan instruktur melalui video, menurut instruktur Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi. Menurut Kidder (2009:144), ada tiga prinsip yang dapat kita gunakan yaitu:

1.    Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Prinsip ini berpatokan pada Utilitarianism yang bermakna mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah orang yang banyak. Kritikan dari prinsip ini adalah “Manusia pada dasarnya tidak memprediksi semua akibat/konsekuensi dari setiap keputusan atau tindakan-tindakanya, untuk melihat semua konsekuensi dari perilaku seorang individu saja, belum tentu bisa, lebih-lebih konsekuensi dari tindakan sebuah masyarakat”. Contoh: Akibat pembuatan bom nuklir

2.    Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Prinsip ini berpatokan pada Deontologis yang berasal dari bahasa yunani “deon” yang berarti “Tugas” atau “Kewajiban”. Kritikan dai prinsip ini adalah “ Pada penerapannya, prinsip ini dianggab berlaku terlalu kaku dan mengabaikan keberagaman individualitas manusia, bahwa mereka tidak terlalu memperdulikan hasil yang akan didapat tetapi lebih fokus kepada prinsip atau aturan dasar yang diyakini, selalu berpatokan kepada “sudah menjadi tugas dan kewajiban” Contoh: anak yang harus mematuhi aturan ibunya tinggal di rumah, namun di luar rumah ayahnya yang baru pulang jatuh dari sepeda motor, apa yang harus dilakukannya, mematuhi peraturan ibu atau keluar menolong ayah.

 

3.    Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Kritikan dari prinsip ini adalah “Prinsip ini terlalu sederhana untuk dianggab sebagai salah satu prinsip etika yang utama, prinsip ini tidak memberikan pilihan khusus, atau menunjang nilai-nilai kebajikan yang ideal. Prinsip ini gagal memberikan contoh kebajikan, seandainya situasinya melibatkan kedua belah pihak yang sama-sama melakukan tundakan yang kurang terpuji”. Contoh: dua siswa yang saling mencontek dan mereka menutupi rahasianya

 

9 LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(Berdasarkan modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak, Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan)

Terdapat 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

1.  Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3.    Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.    Pengujian benar atau salah

      Uji Legal

      Uji Regulasi/Standar Profesional

      Uji Intuisi

      Uji Halaman Depan Koran

      Uji Panutan/Idola

5.    Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6.    Melakukan Prinsip Resolusi/prinsip penyelesaian dilema

7.    Investigasi Opsi Trilema

8.    Buat Keputusan

9.    Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Mengambil keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan, memberi pemahaman bagi kita, bahwa masalah dalam keidupan ini beranekaragam, dan pengambilan keputusan setiap masalah berbeda-beda, walaupun ada kemiripan suatu masalah tapi tetap keputusan yang diambil harus melihat dari berbagai sudut pandang dan situasi. semua konsep yang dipelajari dalam modul ini memudahkan pengmbilan.

Konsep etika mengajarkan kita untuk berfikit etis, seperti kutipan Georg Wilhelm Friedrich Hegel  yang mengatakan “Education is the art of making man ethical yaitu
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis”.
Kutipan kata dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel memiliki makna yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Pendidikan memang sebuah seni, karena pendidikan mempengaruhi pikiran, jiwa dan emosional si pelaku pendidikan, sebagian orang menganggab pendidikan adalah keindahan yang harus terus dinikmati, dan sampai umurnya tua mereka tidak pernah berhenti mencari dan menuntut ilmu pendidikan. Karena dengan pendidikan manusia bisa hidup dengan bebas tanpa takut salah, karena pendidikan sudah mengajari rambu-rambu etika dalam hidup. Bekal hidup yang paling baik bagi seorang anak adalah pendidikan. Karean Pendidikan akan mengarahkan perjalanan hidup yang baik dan etis seorang anak manusia. Kita sebagai orang berpendidikan berarti kita memiliki seni dan etika, seorang pemimpin pembelajaran yang berpendidikan akan memberi keputusan yang bijaksana dengan menggunakan hati dan pikirannya. Jadi Logika dan perasaan harus selalu aktif saat memberikan sebuah keputusan yang baik

 

                                                         Pemikiran dan Rangkuman Materi Modul 3.1 PGP

                                                             Malia Safriani, S.Pd. M.Pd

                                                             Tugas di SMA Negeri Unggul Sigli

                                                             CGP Kab. Pidie. Aceh

Comments

  1. Masya Allah, keren bu Malia, saya baca sampai akhir sangat mengedukasi dan menambah pemahan sy tentang menjadi pemimpin pembelajaran yang terbaik utk peningkatan mutu pendidikan, sukses terus bu guru hebat

    ReplyDelete
  2. Semakin mantap dalam tulisannya buk.. penuh dengan pendapat ahli yang ilmiah...
    Ada sedikit saran dari saya sebagai teman sajati..
    Beranilah untuk menambahkan kata kata unik yang original dari tulisan kita..
    Karena itulah yang menjadikan tulisan kita menjadi lebih awet lagi... dan akan terus dinantikan...
    Tetap semangat...
    Dan teruslah berkarya...
    Guru Bergerak....
    Indonesia Maju...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

RPP K-13 "SISTEM PENCERNAAN MANUSIA" SMA

PERAN ORGANISASI IGI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI INDONESIA

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS (Tugas 1.1..A.10)